Catatan Perjalanan : Kali Kedua, Bromo

 

Menyambangi Bromo? itu adalah sebuah janji yang telah lama terlupakan. Bukan karena sengaja dilupakan, tapi memang banyak alasan yang kemudian menjadikannya terlupakan. Butuh beberapa tahun untuk benar-benar bisa merelisasikannya. Dan berawal dari ajakan beberapa orang teman yang cukup sangat mendadak inilah akhirnya janji yang terlupakan itu terealisasikan juga. janji yang dulunya hanya wacana ini nyata tanpa rencana, but, apapun itu it's ok kok

Ke Bromo lagi, emm.. Sejuta perasaan nano-nano hadir. Ada perasaan takut juga ragu. Pasalnya pertama kali ke Bromo dahulu kala berujung ngambek berkepanjangan (semoga kunjungan ke Bromo kali ini lebih bisa meninggalkan senyuman berkepanjangan. Amin). Juga sedikit khawatir karena ada dia dari masa lalu yang (pun) turut serta. dan sedikit semangat untuk memberikan pembuktian pada diri sendiri dan mereka yang suka menyiyiri bahwa kini aku tak lagi berselimut masa lalu. 

Meeting point kami di Surabaya, di daerah A. Yani. Berhubung sekarang gak lagi domisili di Surabaya jadi harus membawa diri sendiri naik motor ke Surabaya. Perjalanan ke Bromo baru akan kami mulai malam harinya, sekitar pukul 21.00- 22.00 WIB, tapi hari ini (4/11/2017) sudah kuputuskan untuk berangkat ke Surabaya lebih awal. Selain karena ingin memberi jeda pada diri sendiri untuk istirahat sebelum perjalanan ke Bromo dimulai, tujuan awal ke Surabaya memang sudah jauh-jauh hari direncanakan untuk mengikuti talkshow kepenulisan bareng Pidi Baiq di kampus almamater (baca : UNAIR).

Dan perjalanan itu akhirnya di mulai.
Aku yang nantinya akan dibonceng Dwi harus meruntuhkan sedikit ego untuk menyambangi tempat keramat yang sudah setahun lebih kuhindari, Student Center Universitas Airlangga, karena meeting pointku dan Dwi, juga dua teman yang lain (Bagus dan Aini) sudah disepakati di sana. Ada beberapa alasan yang kemudian memuatku menghindari tempat itu. Bukan aku marah atau membenci tempat itu, hanya perasaan kecewa yang dulu ada jadi timbl tenggelam begitu saja dan sejujurnya itu membuatku kesal, itu mengapa sejuta cara kulakukan untuk menghindari tempat yang dulu bahkan menjadi rumah kedua bagiku. ah masa lalu...( ah jadi curhat deh ). Molor sejam karena nunggu Bagus dan Aini yang masih harus mampir Mall buat beli sepatu dan sholat Isya, akhirnya pukul sepuluh malam kurang beberapa menit kami memulai perjalanan menuju meeting point yang sebenarnya. 

Di meeting point yang sudah disepakati, terdamparlah tiga orang teman yang sudah menunggu. Mbak Fitri (yang ngajak aku dan dadakan), Mas Army, dan dia, masa lalu yang ingin kuperlihatkan padanya pembuktian tentang selimut masa lalu yang sudah kulepaskan, Mas Handa. Sedikit basa basi dengan ketiganya kami kemudian melesat menembus malam Surabaya yang tak pernah sepi menuju Bromo. 
Sampai di Sidoarjo kami sempat berhenti untuk mengisi bensin dan mampir kamar mandi, dan insiden ketledoranku itu dimulai, gara-gara meleng digodain sama si mamas masa lalu jadi lupa naruh HP dan berujung HP kesayangan diambil orang tanpa sadar, tapi untungnya balik lagi HPnya meski harus setor uang Rp. 50.000,- buat tanda terima kasih, katanya. (Buat bapak-bapak yang bantuin waktu itu, big thanks for you pak, kamu orang baik banget semoga rejekinya lancar yaaa, dan buat bapak yang ditanya bilang enggak tau tapi dianya yang ngambil semoga cepet tobat aja deh jangan keseringan makan uang hasil nyuri barang orang pak kasian anak istrinya dikasih nafkah gak berkah)

Kelar sama insiden HP ilang dan balik lagi, perjalanan berlanjut dan bertemulah kami dengan anggota rombongan kami lainnya yang tak lain adalah teman-teman se-fakultas Dwi. dan rombongan lengkap. 5 motor dan 9 orang siap menuju Bromo....
Perjalanan menuju Bromo kali mengambil rute melalui kota Pasuruan ke selatan menuju Warungdowo lanjut Ranggeh lanjut Pasrepan lanjut Puspo lanjut Tosari lanjut ke arah Wonokitri dan sampailah di Bromoooo...
Sampai di Bromo kepagian eh dini hari ding! jadilah kami ngemper sambil nunggu pintu loket di buka. Buka amunisi, ngisi perut sambil ngerumpi ngalor ngidul gak jelas. dan lagi aku yang paling banyak kena sasaran guyonan dari mereka-mereka ini. Apalagi bahan candaannya kalo gak masa laluku dengan mamas masa lalu itu... Huuooooo... kuat kok adek kuat  T_T 
Pas pukul 04.00 WIB pintu loket baru di buka, bayar tiket masuk Rp. 70.000,- untuk dua orang plus sepeda motornya. ya kisaran satu orangnya sebenarnya Rp. 35.000 sih. itupun harga weekand. hehe
Beranjak dari pintu masuk ambil arah ke penanjakan, eh pas sampai sana ada perbaikan sarpras jadi gak bisa deh naik ke spot terbaik bromo jadilah kita balik arah menuju Bukit Kingkong yang gak kalah kece spotnya buat liat sunrise dan pemandangan Bromo, tapi anginnya masyaallah kenceng banget. Pake satu jaket aja rasanya gak cukup. Saran aja sih kalo mau main ke Bromo siap-siap pake pakaian tebel bin hangat kalo bisa sih bawa agak dibanyakin ya soalnya bakalan dingin banget...
Perjalanan menuju bukit Kingkong gak terlalu jauh, sebenarnya hanya sekitar 200 meter perjalanan menanjak ke atas bukit, hanya karena mata mulai ngantuk dan udara dingin yang luar biasa jadinya jalannya agak berat. Sepanjang jalan menggigil nahan dingin yang sampe tembus ke tulang. Alhasil Flysheet yang awalnya dibawa buat alas duduk jadi berganti fungsi jadi selimut tidur. hahaha

Pagi udah hampir datang, Bukit Kingkong yang awalnya sepi dan sayup-sayup ramai dari celotehan bergetar menahan dingin kami, mulai didatangi banyak pengunjung Bromo yang ingin mencari sunrise. Perlahan demi perlahan posisi kami yang di tengah mulai digusur para pengunjung yang baru tiba. saling berdesakan dan suasana mendadak ramai. Ealaaaah tapi sayang yang diincar tak kunjung keluar, sunrise yang kami nantikan tak datang hari ini.

Efek kedinginan, berbalut sleeping bag pinjaman. Hehe






Berpelukan mencari kehangatan





Bersama anak ikan.

















Puas dengan suasana penanjakan di Bukit Kingkong, kami melanjutkan perjalanan ke Pasir Berbisik dan Padang Savana Bromo. Sebenarnya banyak spot di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger ini, mulai dari pasir berbisik dimana kita bisa sepuasnya berfoto lalu bukit Padang rumput Savana, Kawah Bromo yang harus melalui ratusan anak tangga dan bukit Telletubis, yang berada di antara gunung Bromo, gunung Penanjakan, kawah Bromo. Sayangnya di perjalanan kali ini kami hanya berani menikmati di sekitaran Pasir berbisik dan Padang Savana lantaran khawatir dengan kondisi sepeda motor (Bagus dan Mas Army) yang adalah jenis motor metic. Jadilah kami memuaskan diri berfoto ria di sekitaran padang Savana. Dari mulai foto kece, foto Pre-wed ala ala sampe joget-joget gak jelas dari mulai Baby Shark Dance sampe dangdut koploan. Sempat dikerjain juga, mendadak disuruh buktiin kalo udah move on dari mamas masa lalu dengan peraturan harus berani foto bareng. Elah dala gak ngerti dapat ilham darimana kok mendadak berani dan malah terkesan nantang. Hahaha



















Pasca pembuktian tantangan dari teman-teman

Dan, perjalanan ke Bromo kali kedua ini aku mendapatkan apa yang yang sejak lama kuinginkan. Pembuktian pada diri ini dan mereka yang suka menyinyiri. Aku udah selesai berdamai. 

Terakhir, terima kasih sudah menepati janjimu padaku lagi, meski tak pernah terencana tapi kuanggap janji itu sudah luruh bersama seluruh janji yang pernah kau buat. Bromo, 05 Nopember 2017, garis finish untuk semua perjalanan ini.



You Might Also Like

0 Comments

Jejak Langkah