Garis Pena: Desember 2018

Catatan Perjalanan : Nusa Penida, Surga Dunia

فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?”

- (Ar-Rahman: 13)

Masih di Bali.

Liburan kami masih berlanjut. Hari ini kami ingin menghabiskan waktu untuk mengeksplore Nusa Penida sebagaimana rencana kami sebelumnya yang gagal karena ATM error. hehehe

Sejak subuh kami sudah bangun dan mulai mempersiapkan semua keperluan, dan jangan pernah lupakan sunblock, matahari di Bali gak kalah sadislah buat nyiksa kulit.

Masih dengan motor sewaan kami kemarin, pagi ini kami menelusuri jalanan Bali menuju ke arah pantai Sanur. Jarak yang harus kami tempuh sih tidak dekat, butuh waktu sekitar setengah jam sih sebenarnya untuk kami sampai di pantai Sanur pagi ini. Kami tiba sekitar pukul 07.00 WITA, dan pengunjung pantai Sanur sudah buanyaaakkk sekali. Parkiran sepeda motor bahkan sudah penuh, untuk masuk dan parkir saja kami harus mengantri sekitar 10-15 menit. Setelah parkir kami jalan-jalan sebentar keliling pantai Sanur untuk mencari loket pembelian tiket fast boat untuk nyebrang ke Nusa Penida. Awalnya kami sempat shock dengan harga yang ditawarkan di loket pertama yang kami datangi, pasalnya untuk satu kali nyebrang ke Nusa Penida kami harus membayar Rp. 200.000. Itu mahal banget coyyy! sementara hasil kami googling, tiket untuk one way nyebrang ke Nusa Penida ada yang lebih murah sekitar Rp. 75.000,-. Baiklah belajar dari pengalaman kami yang beberapa kali ketipu calo, kali ini kami harus bisa mendapatkan harga tiket fast boat yang murah dan rasional di kantong. hehe. Setelah muter-muter dan kepo-kepo ke beberapa loket, kami kemudian bertemu dengan seorang bapak-bapak (sepertinya juga calo) yang menawarkan kepada kami jasa fast boat ke Nusa Penida dengan harga dibawah Rp. 100.000. Setelah tawar menawar yang (gak) begitu alot (hehe) akhirnya kami mendapatkan fast boat yang kami cari, S'Gening, dengan harga yang cukup murah sih menurut kami, hanya dengan Rp. 85.000. Setelah deal kami akhirnya diajak si bapak ke loket S'gening Fast boat untuk membayar tiket fast boat yang kami beli PP.

Fast boat yang siap ngangkut ke Nusa Penida dari Pelabuhan pantai Sanur

Setelah membeli tiket untuk perjalanan berangkat dan pulang, kami masih harus menunggu fast boat yang akan membawa kami ke Nusa Penida sekitar 10-15 menit untuk siap berlayar menerjang ombak. hehe

sambil nunggu fast boatnya siap berangkat ke Nusa Penida, selfie dululah kita 😂

Fast boat siap dan saatnya kami berangkat. Nus, Saya datang!

Butuh waktu sekitar kurang lebih 30 menit untuk sampai di Nusa Penida jika keadaan laut cukup tenang, dan meskipun sedikit mendung tapi perjalanan kami cukup lancar dan on time. Fast Boat S'gening yang kami tumpangi akhirnya bersandar di Pelabuhan Buyuk, Nusa Penida. Lets explore Nusa Penida!

Setibanya kami di Pelabuhan sudah banyak orang yang menyambut kami, hahah. (berasa artis aja). but, wait. yang disambut itu bukan kami tapi beberapa penumpang Fast boat s'gening yang sebelumnya sudah booking mobil atau ikutan open trip gitulah. Dan kami bukanlah dua-duanya. hehehe. Liburan kali ini kami lebih memilih backpackeran dan ngegembel, mengarahkan kaki kami kemanapun kaki kami ingin melangkah. Gak ada batasan mau kemana dan bagaimana, hanya ada batasan waktu, satu hari aja di Nusa Penida. Gak cukup sih sebenarnya tapi bagaimana lagi, waktu yang kami punya terbatas, jadi maksimalkan aja waktu yang ada. Mari melangkah kemana saja...

Keluar dari Pelabuhan Buyuk kami baru akan mencari persewaan sepada motor, kalau saja kami turun di Pelabuhan Toyah Pakeh mungkin banyak jasa penyewaan sepeda motor yang menawari kami, tapi di pelabuhan Buyuk ini gak sebanyak itu. dan memang cukup sulit juga dapat harga yang murah kalau pilihannya juga sedikit. Dari beberapa orang yang itupun gak sampai lima orang yang menawari kami jasa sewa motor, harga yang ditawarkan hampir sama semua, dan ya dengan terpaksa kami pilih yang lumayan lebih murah dari yang lainnya (yang mewarkan ke kami tentunya). Untuk satu hari keliling Nusa Penida kami harus menyewa motor dengan harga Rp. 75.000,- dan belum termasuk bensin.

Setelah mengisi bensin dan bertanya-tanya dengan beberapa orang warga, kami kemudian mengarahkan motor kami ke Crystal Beach, lokasi terdekat dari lokasi kami berada, akan tetapi karena GPS yang kami gunakan kehilangan sinyal, akhirnya kami justru nyasar alias jalan ke Crystal Beach udah kelewatan. Hhaha akhirnya kami memutuskan untuk meneruskan perjalanan kami langsung ke Kelingking beach saja. Medan yang kami lalui cukup sulit, apalagi dengan motor matic yang entah karena apa suaranya cukup kasar dan membuat kami ketar ketir sendiri.

Berjarak 45 menit dari pelabuhan, jalan menuju Kelingking Beach sudah termasuk baik tidak terlalu banyak lobang lobang, hanya di beberapa lokasi sebelum menuju ke Kelingking beach saja bisa ditemui jalanan rusak dan berkelok. Untuk bisa menikmati keelokan Kelingking Beach yang sedang tersohor ini, kami harus membayar sekitar Rp. 10.000 untuk 2 orang dan satu sepeda motor. Setelah sampai di tempat parkir, kami berjalan kira-kira 4 menit menuju spot.

Kelingking beach, katanya sih iconnya Nusa Penida nih sekarang

Setibanya kami di spot yang sedang hits ini, Subhanallah, Karang raksasa yang berbentuk unik menyerupai kepala tirex itu menyambut kedatangan kami. Indah banget. Spot foto yang sudah sering muncul di feed Instagram itu akhirnya bisa kami nikmati langsung. Sangat bagus untuk berfoto dengan latar belakang pemandangan indah kelingking beach. Sayangnya, di spot foto berlatar belakang Kelingking beach itu sangat ramai. Untuk mendapat foto yang bagus, kami harus lebih dulu mengantri untuk kemudian bergantian berfoto dengan pengunjung lain. Konon katanya, pantai yang ada di bawahnya lebih keren lagi, tapi jika ingin turun ke pantainya, kami harus menuruni jalanan sempit di atas tebing yang cukup terjal. Saat kami ke sana memang sudah dibuatkan jalan kecil dengan pengaman kayu di setiap sisinya, tapi itu masih cukup horor untuk dilewati karena jalan yang juga saat itu masih diperbaiki. Belum lagi menurut informasi dari salah seorang tour gaide, yang sedang mendampingi turis asal Spanyol (yang kebetulan juga mencoba turun seperti kami) yang sempat berbincang dengan saya, dibutuhkan waktu 45 menit untuk sampai di pantai kelingking dan 1 jam untuk kembali ke atas. Well, setelah mendapatkan informasi tersebut, keinginan untuk turun ke pantainya harus kami simpan lebih dulu, ya bagaimana lagi kalau memutuskan tetap turun kami hanya akan menghabiskan waktu seharian ini di Kelingking beach saja sementara masih ada beberapa lokasi yang ingin kami datangi sebelum kembali ke pelabuhan Buyuk pukul 17.00 WITA nanti. Jadi ya sudahlah kami hanya sempat turun sedikit dari spot foto yang ramai itu, berbincang-bincang sebentar dengan beberapa turis Meksiko, Spanyol, dan Thailand (yang juga berubah pikiran untuk turun ke pantai. hehe) yang kebetulan berada di satu tempat yang sama dengan kami dan mengambil beberapa foto dari sana.

Niatnya mau coba turun ke pantainya, apalah daya tenaganya gak kuat karena udah lama gak pernah olahraga

Kembali ke atas, kami masih ingin berfoto di spot foto yang ramai itu. maka mengantrilah kami bersama beberapa pengunjung lain. Tiba-tiba seseorang cewek asing alias bule yang tidak dikenal menyodori saya ponselnya.

"can you help me to take a picture?" begitu katanya.

"Sure." jawab saya saat itu. Setelah berbincang-bincang cukup lama sembari menunggu antrian yang masih tersisa 6 orang di depan kami, saya akhirnya tau kalau dia adalah turis asal Filipina yang sedang solo travelling. Keren juga batin saya saat itu. si turis Filipina (yang sampai akhir ngobrol dengan saya tidak juga saya ketahui namanya) sempat bercerita tentang ketidakpuasannya dengan pelayanan tour guide yang sudah dia sewa, katanya setiap hasil foto yang di ambil oleh tour guidenya selalu ada jejak tangan si tour guide dan dia jadi kesal dibuatnya. hahaha. Dia juga sempat beberapa kali bertanya tentang lokasi wisata indah di Indonesia, khususnya Jogja. Dia ingin ke Borobudur dan Prambanan dan saya kemudian menyarankan ke dia untuk tidak melewatkan mampir ke Punthuk Setumbu dan Gereja Ayam jika dia jadi berkunjung ke Borobudur.

Kalau kalian bertanya kenapa hanya saya yang asik ngobrol dengan turis-turis itu, jawabnya karena teman saya itu masih belum bisa dan tidak pede menggunakan bahasa inggris. sejujurnya sayapun sama saja, apalah saya yang cuma anak desa ini, bahasa inggrisnya masih belepotan tapi sok-sokan ajalah buat belajar bicara. Bagi saya, belajar bahasa inggris itu ya dilatih, gak cuma belajar grammer saja. kan percuma belajar grammer tapi gak pernah di praktekin, haha makanya saya nekat saja ngobrol sama turis-turis itu, toh meskipun belepotan mereka juga paham maksud saya. hahaha.

Keasikan ngobrol saya sampai tidak menyadari kalau antrian di depan kami sudah habis, sesuai permintaan teman bule baru saya itu, akhirnya saya memfoto dia dengan beberapa gaya dan alhamdulillah tanpa ada jejak tangan saya. Sebelum berpisah, teman bule baru saya asal Filipina itu memeluk saya dan berkata senang bertemu saya dan teman saya dan berharap kami bisa bertemu lagi. Hahaha. Sepertinya sulit juga, kalaupun bertemu belum tentu kami masih saling ingat, kalaupun ingat mau menyapa juga susah karena kami bahkan belum saling bertukar nama masing-masing. hehe

Spot di sekitar Kelingking Beach

Puas dengan pemandangan indah Kelingking beach dari atas, kami memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan kami di Nusa Penida. Tujuan kami selanjutnya adalah Pasih Uug atau yang lebih dikenal dengan Broken Beach dan Angel Bilabong yang masih ada dalam satu lokasi. Pejalanan dari Kelingking Beach menuju Broken Beach dan Angel Bilabong cukup menguras tenaga kami, pasalnya medan yang kami lalui cukup sempit dan jalanan cukup jelek. Banyak lubang dimana-mana, belum lagi jika harus bersisihan dengan Mobil atau motor dari pengunjung lain. Ah, iya jangan lupakan juga tanjakan, turunan dan tikungan sepenajang perjalanan. Tapi semua itu, pada akhirnya terbayar kok sama cantiknya pemandangan di Broken Beach. Laut biru yang terhampar, tebing karang yang berdiri kokoh, dan pesona karang bolong alias si broken beach ini, huft saya terhipnotis.

Broken Beach

Cuaca yang cerah sekaligus panas, membuat kami senang dan juga kepayahan dalam waktu bersamaan. Apalagi di area Broken Beach jarang terlihat tumbuhan hijau, panas guys! Puas berfoto-foto kami kemudian melanjutkan perjalanan kami selanjutnya, dan juga lokasi terakhir yang bisa kami kunjungi, Crystal Beach.

Perjalanan menuju ke Crystal beach sebenarnya tidak terlalu beda jauh seperti perjalanan menuju Broken Beach, kami sedikit kepayahan dengan sepeda motor yang kami sewa dan medan yang cukup sulit. Belum lagi kami juga beberapa kali nyasar karena lagi-lagi sinyal handphone kami hilang dan mengganggu kinerja GPS kami. Setelah beberapa kali berhenti dan bertanya ke beberapa warga lokal, akhirnya kami sampai juga di Crystal beach. Cukup Ramai, begitu kesan pertama kami. Niatnya begitu sampai kami akan menceburkan diri ke air laut, tapi ya rencana hanya rencana karena takut kecapekan dan gak bisa kembali pulang ditambah pertimbangan jalan yang gak mulus juga, kami akhirnya hanya berjalan-jalan santai di sepanjang pantai. berfoto-foto sebentar. lalu mengistirahatkan diri, di pasir pantai sambil nyebil bekal yang sudah kami siapkan sejak dari hotel.

Crystal Beach

Jam di handphone kami sudah menunjukkan pukul 15.15 WITA, karena tidak ingin tertinggal fast boat yang akan membawa kami kembali ke pelabuhan Sanur kami memutuskan untuk mengakhiri kunjungan kami di Crystal beach.
Di perjalanan kembali ke Pelabuhan Buyuk, kami sempat beberapa kali berhenti. Kali ini bukan karena kami nyasar lagi tapi karena kami ingin mengabadikan moment-moment indah di Nusa Penida ini. Hamparan pantai dan pasir putihnya di sepanjang jalan yang kami lalui cukup menggoda untuk kami berhenti dan berfoto.

Spot di sepanjang jalan di Nusa Penida

Pukul 16.00 WITA akhirnya kami sampai di Pelabuhan Buyuk. Sepeda motor sewaan kami parkir di tempat semula. Enaknya di Nusa Penida tuh gini. Balikin sepeda motor sewaanya gak ribet, tinggal parkir kembali aja di tempat semula atau di daerah sekitarnya tanpa harus bertemu dengan pemiliknya. Sepeda motor juga gak akan hilang begitu kata bapak pemilik motor yang kami sewa. Seaman itu loh. Luar biasa!

Perjalanan di Nusa Penida akhirnya berakhir, saatnya kembali ke Pulau Bali. Fast boat S'gening yang tadi pagi mengatar kami ke Nusa Penida sudah menjemput dan siap membawa kami kembali ke Pelabuhan Sanur. Bye Nusa Penida! See you again...

Saatnya Pulang, Bye Nusa Penida, see you again!

Perjalanan pulang tak setenang saat kami berangkat tadi pagi. angin sore yang kencang dan ombak besar menemani perjalanan pulang kami. beberapa kali fast boat bergoyang miring dan membuat suasana fast boat menjadi riuh. antara takut dan juga senang. Rasanya seperti naik roller coster.

Pukul 17.30 WITA kami akhirnya sampai juga di pelabuhan Sanur. Karena masih banyak titipan oleh-oleh dari beberapa teman yang belum sempat kami beli, akhirnya kami sempatkan untuk mampir sebentar ke Pasar Wisata di area Pantai Sanur kemudian berlanjut ke Pusat oleh-oleh Krisna dan Joger. Barulah kemudian kami kembali ke hotel untuk istirahat.

Bali, 19 Nopember 2018

Yah, hari terakhir di Bali akhirnya datang. Pagi ini kami sedikit malas-malasan di kamar hotel. tidak ada agenda kemana-mana karena pukul 10.00 WITA nanti kami sudah harus check out dari hotel dan bergegas ke Terminal Bus Ubung untuk kembali pulang ke Pulau jawa. hehe

Perjalanan pulang ke Jawa kami tempuh lebih muda. Bus yang kami naiki cukup enak dan sepi. Selain itu kami juga cukup puas karena tidak lagi ketipu sama calo. Naik bus dari terminal Ubung ke Pelabuhan Gilimanuk kami hanya membayar ongkos sebesar Rp. 35.000,- sangat jauh berbeda ketika kami berangkat kemarin. 😓

Setelah tiba di Pelabuhan Gilimanuk, karena kami tidak naik bus damri seperti kemarin kami akhirnya harus mencari tiket kapal ferry sendiri. Tidak terlalu susah, kami cukup membayar Rp. 15.000 untuk 2 tiket sekaligus ongkos top up karena kami tidak memiliki e-toll atau e-money. Setelahnya kami langsung naik ke kapal ferry yang sudah menunggu kami untuk kembali ke pelabuhan Ketapang.

Bye Bali... Saatnya pulang ke rumah

Antri beli tiket Kapal Ferry di Pelabuhan Gilimanuk

Dan akhirnya perjalanan kami menikmati eksotisme pulau Dewata dan juga indahnya Nusa Penida berakhir sudah. Huft, rasanya enggan kembali ke rutinitas esok rasanya.
Bye Bali! Lain waktu pasti kita akan berjumpa lagi.
Bye, Nus, terima kasih untuk penyambutan istimewamu di markas biru. lain waktu, jika aku kembali berkesempatan mengunjungi markas biru lagi, akan kubawa banyak sekali cerita. Tunggu aku kembali dengan ceritaku ya, Nus.
Jangan bosan!

Love,

Agent yang selalu Rindu, RA

Desember 15, 2018

3 Comments

Bali

Catatan Perjalanan : Eksotisme Dewata & Kunjungan Markas Biru

Dan seperti halnya kata mereka, akan selalu ada rumah untuk pulang. karena rumah ada dimana-mana.

- RA

Tiga bulan rehat tanpa melakukan perjalanan apapun selain perjalanan pulang pergi dari rumah ke kantor saya rasa sudah cukup. Sudah saatnya saya memulai perjalanan baru. Bertemu banyak orang baru, tempat-tempat baru, dan menikmati perjalanan sebagaimana seharusnya. Saya bertekad, perjalanan kali ini saya akan lebih menikmati setiap proses perjalanan yang saya lakukan. Tidak lagi peduli dengan seberapa banyak dan bagusnya foto yang saya abadikan. Saya hanya ingin menikmati dan merasakan proses yang sudah lama saya lupakan bagaimana magis rasanya.

Stasiun Gubeng, 16 November 2018

Kereta Probowangi tujuan Stasiun Banyuwangi Baru belum muncul. Kami, saya dan seorang teman yang ikut dalam perjalanan ini sudah stand by di stasiun ini sejak pukul 22.00 WIB di hari sebelumnya. Gak ada alasan kenapa kami seniat itu dating lebih awal ke stasiun, ya jalanin ajalah gitu mau kami. Sebenarnya sih bukan gitu juga rencananya, niat awal, saya dan teman ingin main-main dulu di Surabaya. Main ke Mall misalnya sekalian membunuh waktu biar gak kelamaan nunggu di stasiun. Eh tapi ya kembali lagi, rencana ya tinggal rencana kalo Allah gak kasih ijin juga. Setelah makan malam di Nasi Krawu dan Bakaran Karangmenjangan, salah satu tempat makan favorit saya jaman kuliah, kami yang udah kenyang dan telat makan justru males buat jalan-jalan di mall. alhasil ya sudahlah ya kami ngemper saja di stasiun sampai keretanya datang dan siap membawa kami ke Banyuwangi.

Pukul 04.30an WIB sih baru akhirnya kereta Probowanginya datang, kami naik ke kereta dengan perasaan bahagia setelah sholat subuh. Serius gak tau kenapa ngerasanya bahagia aja gitu, mungkin karena sudah lama juga gak main jauh. Bisa jadi kan ya?

Setelah naik ke dalam kereta dan menemukan kursi yang udah lama kami pesan via Traveloka, mulailah kami pasang ancang-ancang buat nyari posisi tidur paling nyaman. secara malamnya kami gak tidur sama sekali di stasiun gegara banyak nyamuk.

Kereta jalan, tapi kemudian berhenti lagi. Kabarnya sih ada masalah gitu di rel yang ada di sekitaran tanggul lumpur lapindo. Kami berhenti cukup lama sih di stasiun Sidoarjo. dan di sini nih saya dan teman mulai kesal dengan tetangga tempat duduk kami. Gimana gak kesel coba, niat awal tuh kami mau nolongin mereka, mikirnya tuh kasian ya si ibu bawa anak banyak dan anaknya rewel gak mau duduk dipangku maunya duduk sendiri sementara tiket kereta mereka cuma dua. oke sih ini salah kami sebenarnya, jelas-jelas mau anak kecil atau orang dewasa pasti ada tiketnya gitu dan kami lupa, kami yang waktu itu pesen tiga tiket, satu buat saya, satu buat temen dan satu buat teman saya yang gak jadi berangkat karena ada keperluan mendadak, ngerasa iba dan ngasih tumpangan duduk gitu aja. Teman saya udah mulai bete sih sebenarnya pas saya minta geser buat si ibu duduk, tapi ya gimana kasian si ibunya berdiri bapaknya duduk aja gitu anteng di kursi sementara anaknya rewel plus banyak tingkah, kan kasian ya sama ibunya. Setelah perjalanan cukup jauh, saya mulai ngerasa gak nyaman, jujur tempat duduk saya kok kerasa makin kesini makin sempit ya? udah gitu liat teman juga gitu, dan yang langsung bikin bete si ibu yang ya maaf lo sebelumnya, badannya gak bisa dibilang kurus juga duduk dengan pewenya dan sedikit demi sedikit ngegeser tempat duduk kami. Elaaaaahhh ini sih jangan tanya gimana saya betenya. Udah dibantuin gak ada bilang makasih eh malah seenaknya duduk dipewe-pewein sampai ganggu kenyamanan tetangga duduknya kan bikin Emmmm banget kan. dan lagi yang lebih bikin bete tuh, pas ada pemeriksaan tiket, mereka ngeluarinnya empat tiket dong, elaaaahhhh kalo pesen empat tiket kan ya harusnya tempat duduknya juga berempat dong?? lah ngapain sempit-sempitan kayak gini ganggu kenyamanan orang lain.

Huft, tapi yaudahlah yaaa ini salah kami juga. Harusnya emang udah tau kalo orang empat ya tiketnya empat dan pasti masing-masing dapet tempat duduk, terus lagi kan kami kalo gak nyaman bisa bilang, eh bukannya bilang kami malah diem aja. jadi si ibu juga gak paham mungkin kalo kami gak nyaman duduknya. Baiklah, mari menikmati proses seperti yang memang ingin saya lakukan di perjalanan ini. Anggap saja ini bagian saya belajar sabar.

Pukul 11.45 WIB, kami akhirnya sampai juga di stasiun Banyuwangi Baru. Perut sudah keroncongan dan belum mandi. Hahahaha. Kami langsung aja keluar stasiun, mikirnya bakal ada kamar mandi yang bisa kami pake buat beresin muka-muka buluk bangun tidur ini, eh pas udah diluar udah diserbu aja sama bapak-bapak tukang ojek yang nawarin jasanya buat nganter ke pelabuhan Ketapang. Tau aja bapaknya kami mau nyebrang, Hahahaha. Karena sebelumnya kami baca-baca review beberapa blog soal travelling ke Bali lewat jalur darat dan disarankan untuk jalan kaki aja ke pelabuhannya yang deket banget, akhirnya kami nurut untuk tetap jalan aja sampai…., ya namanya juga newbie ya, ada bapak-bapak calo gitu ya yang nawarin buat naik bus jurusan Denpasar dengan harga Rp. 50.000,- kami nurut aja karena menurut kami itu udah murah. but, seriously itu harganya mahal banget segitu ituuu apaalgi kalo ditotal-total bisa sampai dua kali lipatnya, harusnya bisa lebih murah lagi.,apalagi turunnya bukan di Terminal Bus Ubung tapi di Terminal Bus Mengwi yang masih jauh gitu dari Denpasarnya. Pengeluaranpun bertambah dan budget jadi semakin tipis. Huft

Nyebrang ke Bali, udah gak bayar lagi karena kita udah bayar di bus tadi. Jadi ternyata Rp. 50.000 tadi itu udah termasuk biaya kapal ferrynya. Tapi tetep aja itu mahal. Masih lebih murah kalo kita nyebrang ke Balinya bayar naik kapal ferry yang Cuma Rp.6500 lanjut naik bis dari terminal Gilimanuk ke Terminal Ubung yang Cuma Rp. 30.000 jadi kalo di total bakal lebih murah banget.

*Note pertama nih dari saya, kalo mau ke Bali backpakeran via jalur darat usahakan selektif dan udah memperhitungkannya mateng-mateng. Udah searching-serching dulu di google kemungkinan-kemungkinan apa yang bakal terjadi dan nurut sih, setidaknya gak harus sama persis tapi yang paling mendekati dan pas di kitanya. Kenapa? Karena di sepanjang jalan menuju Bali, Calo berkeliaran dimana-mana teman-teman. Apalagi di terminal-terminal. Serem lagi gayanya kayak preman-preman gitu. Jadi waspada aja, banyak Calo di sekitar kita!!

Well, karena kami ketipu calo nih, jadilah kami terdampar di Terminal Bus Mengwi. Berasa jadi orang bego gitu karena kita gak mau nurut sama hasil baca-baca panduan backpacker ke Bali di blog-blog travel kemarin. Duh, gak nurut sih jadi susah sendiri. Keluar dari terminal bus Mengwi nih, kita masih aja diikuti sama calo bayangin. Segitunya mereka cari mangsa. Bikin ngeri. Kami akhirnya milih jalan dan jauuuhhh, niatnya cari indomart dan pesen grab atau gojek deh biar cepet sampai hotelnya. Eh dan ternyata indomaret atau alfamart di sana jauh teman-teman dari terminal, akhirnya ya udahlah ya jalan aja sampai ada pertigaan kami nyebrang dan ketemulah kami sama bus tujuan Denpasar. Dipikir-pikir kali aja murah karena udah hopeless juga akhirnya yaudah diputusin gitu aja naik itu. Dan ternyataaaa, again kami ketipu, harusnya gak semahal itu cuma buat ke Terminal Bus Ubung dari Mengwi.

Sampai di Ubung, udah masa bodoh nih kita males ketipu lagi. Banyak bapak-bapak gitu yang nawarin ojek dan sejenisnya dan kami udah capek dan kesel ditipu mulu akhirnya melipir makan soto ayan Lamongan di deket terminal, sekalian isi energi biar kuat kalo ketipu lagi. Abis makan kita isi saldo go-Pay lanjut pesen goCar buat ke hotel. Bodo amat mahal dikit daripada ngemper gak jelas gini gegara bus dan calonya. Huft

Gocar pesanan mengantar kami tidak sampai pada tempatnya! Again. Alasannya gang hotel yang kami pesan gak bisa dilewati mobil. What the hell?? Yaa… bisa ditebak kami akhirnya harus jalan kaki ke hotelnya. Gak jauh sih tapi ya tetep kesel karena seharian udah dikerjain habis-habisan sama para calo makanya bete maksimal gini jadinya. Dan jam 19.00 WITA nih kami baru sampai di hotel dan fix melewatkan agenda nonton sunset di Kuta. Hah! Sabar. Mari dinikmati prosesnya.

Btw, kami nginepnya di The Kubu Hotel. Enak kok tempatnya dan murah lagi. Kita nginep tiga malam dan bayar Rp. 475.000 buat satu kamar. Udah gitu, ada persewaan motornya juga jadi bisa sekalian sewa motor buat muter-muter Balinya. Harga kisaran sewa motornya sehari +/- Rp.70.000 dan bisa lebih murah kalo kita pesennya lebih dari sehari. Kami pesen untuk dua hari dan dapat harga Rp. 60.000/hari totalnya Rp. 120.000 buat dua hari.

Sampai di kamar, kami yang udah kesel jiwa dan raga memutuskan bersih diri dan tidur. Oke selamat malam Bali.

Bali, 17 November 2018

Yipiieee..... Selamat pagi Bali. Selamat pagi Neptunus, selamat pagi semuanyaaa....

Bahagia banget pagi-pagi udah di pantai, liat sunrise dan mainan ombak. Ah, Nikmat Tuhanmu mana lagi yang engkau dustakan?

Oke, Hari ini diawali dengan bangun pagi, sholat subuh di hotel, buka google maps cari jalan terdekat ke pantai Kuta dari hotel dan tanpa mandi lebih dulu kami langsung cabut gitu aja ke pantai. Pantai Kuta di pagi hari gak serame kalo siang dan sore. Hanya beberapa orang turis lokal dan mancanegara, kayaknya sih itu juga mereka-mereka yang nginep di hotel-hotel deket pantai Kuta. Main air, foto-foto dan ngeliatin sekitar, ah menyenangkan.

Puas maian air di pantai dan jam di HP sudah menunjukkan pukul 06.00 WITA otomatis kami harus segera kembali ke hotel karena rencananya hari ini, kami aakan melakukan perjalanan ke Nusa Penida. Menurut beberapa blog travel yang sudah kami baca. kami disarankan ke Pantai Sanur di pagi hari jadi bisa dapat harga tiket Fast boat nya yang murah meriah. dan saat mau balik baru sadarlah kami kalo uang cash kami sudah tipis dan butuh ngambil lagi di ATM, mampirlah kami ke salah satu ATM yang ada di sekitaran pantai untuk ambil uang. dan disinilah ketotolan saya terjadi. saya bikin geger pake acara lupa naroh kartu ATM dan ingetnya kartunya masih di dalam mesin ATM padahal kartu ATM udah ada di dompet.Hahaha 😆😂

Setelah drama ATM error, kami balik ke hotel dan jam sudah menunjukkan pukul 08.00 WITA dan menurut blog yang kami baca jam segitu fast boatnya udah berangkat ke Nusa Penida. Oke planning hari pertama batal, mari cari alternatif lain. Jadilah kami pakai planning kedua, tinggal mindahin acara kami di hari kedua jadi di hari pertama. Kalo sesuai planning hari ini, kami rencananya akan ke pantai Melasti, GWK dan terakhir ke Pura Uluwatu.

Jam 09.00 WITA kami bermodal google maps akhirnya berangkat menuju destinasi tujuan, berhubung destinasi yang kami lewati pertama adalah GWK, maka mampirlah kami terlebih dulu untuk melihat patung raksasa yang katanya merupakan patung tertinggi nomor 3 di dunia. wedaaannnn....

Sebelum masuk ke area Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana atau yang terkenal dengan GWK kita harus membayar biaya parkir sebesar Rp. 5000/motor. Untuk tiket masuknya sendiri, di hari libur alias weekday tiket masuknya menjadi Rp. 80.000,- sedangkan saat weekend harga tiketnya menjadi Rp. 90.000,-

Ngomong-ngomong soal Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana atau GWK ini memiliki ikon utama yakni yang berupa patung Dewa Wisnu yang mengendarai Garuda. Setelah jalan sambil dengerin guide gratisan alias nebeng rombongan yang sewa guide dapatlah kami beberapa fakta menarik dari Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana ini.

Patung Dewa Wisnu yang sedang mengendarai Garuda merupakan simbol dari penyelamatan lingkungan dan dunia yang mana sesuai dengan kepercayaan masyarakat Bali yang mayoritas beragama Hindu bahwa Dewa Wisnu adalah Dewa pemelihara alam semesta sedangkan burung garuda sendiri adalah simbol kebebasan dan pengabdian ikhlas tanpa pamrih. Dalem banget gak tuh makna patungnya??
Pembuatan patung GWK ini ternyata membutuhkan proses yang lama, 28 tahun yang lalu saat si seniman pembuat patung GWK ini alias I Nyoman Nuarta masih muda. katanya sih pembangunannya sendiri sudah diijinkan mulai jaman Presiden Soeharta dan baru di resmikan pada jaman Presiden Jokowi, tepatnya tanggal 22 September 2018 kemarin.
Tinggi Patung GWK ini sekitar 121 meter dengan lebar bagian sayap sekitar 64 meter. Fix deh ya ini patung tinggi banget, kabarnya bahkan sampai mengalahkan tingginya patung Liberty yang di Amerika sana yang tingginya hanya 94 meter.
Info terakhir yang saya dapatkan sebelum berpencar dengan rombongan dadakan saya ini, kabarnya di area Taman Budaya GWK ini ada sumber mata air yang dikramatkan juga loh. Namanya Pura Somaka Giri, yang konon katanya gak pernah habis airnya meskipun sedang musim kemarau. Tapi sayangnya, namanya juga keramat, air dari mata air ini gak bisa diambil dan digunakan dengan sembarangan, harus ada ijin khusus dari Pemangku adat alias juru kuncinya dulu. Kabarnya hal itu dilakukan karena air dari mata air Pura Somaka Giri ini bisa ampuh buat mengabulkan doa gitu. Eitss, tapi jangan percaya begituan ya guys, percaya sama Tuhan masing-msing aja. Kan ya semuanya udah ada yang ngatur, Kita manusia mah jalanin aja yang penting jangan lupa doa, mintanya ke yang Maha Esa.

Nah patung yang super tinggi itu yang ini ya gaes, soalnya banyak patung di GWK dan memang patung-patungnya tinggi-tinggi. hehe

Puas berkeliling area Taman Budaya GWK ini, kaki sudah capek dan perut juga sudah lapar kami memutuskan berpindah lokasi untuk cari makan dan sholat. Berhubung kami sedang ingin makan ikan bakar khas pantai nih, jadi kami langsung mengarahkan motor ke arah pantai Melasti. dan, harapan tinggal harapan. Ketika sampai di pantai Melasti kami tidak menemukan penjual ikan bakar apalagi musholah. Jadilah kami mampir ke warung yang ada di sekitaran pantai Melasti dan menikmati Mie goreng dan satu buah Kelapa Muda yang lumayan mahal. Yaaa... mungkin kebanyakan pengunjung pantai Melasti adalah wisatawan asing makanya harga makanan disana disesuaikan dengan dollar kali ya, makanya makan mie dan satu buah kelapa muda bisa sampai Rp. 55.000,-. Huft
Ah ya sampai lupa, untuk masuk ke area pantai Melasti kita dikenakan biaya retribusi sebesar Rp. 12.000 saja loh. ya masih tergolong murah sih dengan pemandangan dan suasana yang aduhay itu. hehe.
Setelah makan siang, dan kaki sudah tak sabar menyapa ombak maka tanpa pikir panjang lagi saatnya menuju markas biru. Ahhh... Nus saya datang!

Siapin laporan buat Neptunus dulu, biar gak jadi Agent durhaka. hahaha

Hy Nus, akhirnya sampai juga ke Markas biru setelah kemarin hanya menyapa sebentar. Saya sudah datang, Nus!
Dengar ceritaku ya....

Jam di HP sudah menunjukan pukul 14.00 WITA dan kami belum sholat dhuhur, alhasil bermain air di pantai Melasti yang sepi dan tenang harus kami hentikan lalu berpindah ke pantai Pandawa untuk mencari musholla untuk sholat. Untungnya jarak antara pantai Melasti dan Pandawa tidak terlalu jauh, hanya butuh waktu 10-15 menit kami sampai di pantai Pandawa dan langsung menunaikan sholat Dhuhur sekaligus sholat Ashar. Setelah sholat kami sembat berkeliling di sekitaran pasar souvenir untuk mencari topi karena cuaca sedang sangat terik dan membuat silau. Karena lokasi pantai Pandawa ini sudah sangat terkenal, jadi tidak heran jika pantai Pandawa ini sangat ramai dibandingkan dengan pantai melasti yang tenang dan sepi. Setelah berkeliling area pantai Pandawa kami akhirnya menemukan lokasi di sekitaran pantai pandawa yang cukup sepi dan hanya terlihat beberapa orang wisatawan asing saja. Jadilah kami memutuskan singgah sebentar untuk menikmati suasana pantai Pandawa dan sesekali mengabadikan moment di sana.

Puas dengan suasana pantai Pandawa, kami akhirnya memutuskan berpindah lokasi lagi. Tujuan kami selanjutnya adalah menikmati sunset di Pura Uluwatu.

FYI, Pura Uluwatu memiliki status sebagai Pura Sad Kahyangan Jagat atau penyangga poro mata angin pulau Bali. Lokasi Pura yang berada di atas bukit karang dengan ketinggian 97 meter di atas permukaan laut, maka pura tersebut diberi nama Uluwatu yang dalam bahasa sansekerta berarti puncak baru karang.

Selain suasana yang tenang dan religius, pemandangan yang apik juga merupakan alasan banyak wisatawan berkunjung ke Pura Uluwatu. Kabarnya sih, sunset di Pura Uluwatu ini adalah sunset terbaik yang ada di Bali. selain menikmati sunset yang indah, wisatawan juga bisa menyaksikan pertunjukan tari tradisional Bali seperti tari Kecak Bali. dan itu sih keren parah!!! Waktu pertunjukan tari kecak di Pura Uluwatu dimulai di sore hari pukul 18.10 menjelang sunset, atau lebih tepatnya pertunjukan ini berlatar sunset yang super indah. Pokoknya gak kan nyesel meskipun harus bayar tiket pertunjukan sebesar Rp. 100.000/orang.

Dan haripun mulai gelap, pertunjukan sudah berakhir. Saatnya kembali ke hotel. Eh tapi titipan oleh-oleh sudah menanti jadilah kami mampir sebentar ke KRISNA pusat oleh-oleh untuk membeli beberapa titipan dari teman dan keluarga di rumah karena esok kami akan seharian di Nusa Penida dan waktu untuk membeli oleh-oleh kan semakin sedikit jadi harus mulai dicicil. Hehehe